Wednesday, April 1, 2009

The Tourism Village

The Tourism Department of Yogyakarta Province is trying to develop a tourism potential region, one of which is the tourism village. Head of the Tourism Department of Yogyakarta, Tazbir Abdullah said to the Voice of Indonesia in Yogyakarta on Wednesday, to pursue a new tourism in Yogyakarta, Tourism Department introduces the village tourism as a new tourism in Yogja. According to him, the interest of tourists in Yogjakarta keeps increasing every year. He said Jogja Tourism Authority is now focusing to promote our tourism spot, not only conventional tourism spots like Sultan Palace and Prambanan Temple, now we offer more tourism spots like tourist village and activity in the tourism side like cultural festival in the village and then cultural ceremony. Tazbir added, to support the development of tourism in Yogyakarta, the government also continues launching campaign with the media and international institutions to tourism activities in the area. He also said, the number of tourists visiting Yogyakarta is increasing every year, especially tourists from Malaysia and Europe.

(Ani)

Source: www.rri-online.com

Pilgrimage to support Sultan’s president bid

Five Yogyakartans embarked Thursday on a pilgrimage from Yogyakarta to Jakarta in an effort to build support for Yogyakarta Governor Sultan Hamengkubuwono X, who declared his intention to run for president in October.

The five are Arisman, 61, Cipto Suwarno, 58, Sarjio, 41, Ratna Wuriyaningsih, 35, and Subardi, 35.

Before setting out on the circa 455-kilometer journey to the Presidential Palace in Jakarta, they first held prayer in front of the Gedung Agung Presidential Palace on Jl. Malioboro.

Wearing clothes emblazoned with a picture of the Sultan and “Sultan for President”, the small group began a journey that will trace the route taken by Sultan Agung when he marched with his army to Batavia to overthrow Dutch colonial rule from 1628-1629.

Sultan Agung was the greatest king of the Islamic Mataram kingdom, which was later divided by the Dutch into the Yogyakarta and Surakarta sultanates as well as Pakualam and Mangkunegara principalities.

“We conduct this spiritual journey to respect and to support Ngarso Dalem (the Sultan) who has stated his intention to run for presidency in 2009,” said Arisman, adding that they would pass Wates, Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, Gombong, Purwokerto and Brebes in Central Java as well as Cirebon, Cikampek and Bekasi in West Java before arriving in Jakarta.

During the journey, Arisman said, they would hold prayers in the hope that Sultan would pass selection to become presidential candidate and later win the election.

So far, no major parties have declared their support for the Sultan’s candidacy.

The pilgrimage is forecast to last 24 days, with the five arriving in Jakarta on Jan. 4, to signify the temporary transfer of the capital of Indonesia from Jakarta to Yogyakarta in 1946.

Slamet Susanto , The Jakarta Post , Yogyakarta | Fri, 12/12/2008 10:43 AM | The Archipelago

Sleman regent grilled for school books procurement

Yogyakarta Police questioned Sleman regent Ibnu Subiyanto on Tuesday after receiving presidential permission for an investigation of accounts in a procurement graft case amounting to state losses of Rp 13 billion (1.18 million).

Ibnu arrived at the Yogyakarta Police office for questioning at around 9 a.m., kompas.com reported on Tuesday.

“Previously, he had refused to come in for questioning because we could not show him the (permission) letter,” Yogyakarta Police crimes chief AKBP Sugeng Widodo said.

The team in charge of questioning comprised three officers, Sugeng said, adding that the focus of today’s questioning would be over Ibnu’s capacity to appoint companies directly to provide books for all schools in the regency in 2004.

Sleman District Court named Ibnu suspect on July 18, along with former Yogyakarta legislature chairman Jarot Subiyantoro who has been detained since July 5 for his connection in the case.

Prosecutors believe Ibnu profited from his decision not to hold a tender in the procurement.(ewd)

YOGYAKARTA PROFILE

Yogyakarta , Jogjakarta , or Djokjakarta , city (1990 pop. 412,059), S Java, Indonesia, at the foot of volcanic Mt. Merapi, capital of the special region of Yogyakarta (1990 pop. 2,912,611), a former sultanate. It is the cultural center of Java, known for its artistic life, particularly its drama and dance festivals and handicraft industries. It is also the trade hub of a major rice-producing region, and there is some manufacturing. Tourism is important; the magnificent Borobudur temple is in the area. The vast walled palace (18th cent.) of the sultan of Yogyakarta was the provisional capital (1949-50) of the republic of Indonesia; part of it now houses Gadjah Mada Univ. Also in the city are the Islamic Univ. of Indonesia and several colleges. The town was founded (1749) by a sultan in an area which had been the center of previous cultures. It was the focus of the revolt against the Dutch (1825-30) and was the stronghold of the Indonesian independence movement from 1946 to 1950.

Tuesday, March 31, 2009

Software Pemblokir Situs Porno

Bertepatan dengan diberlakukannya UU ITE yang di dalamnya juga mengatur tentang larangan akses ke situs-situs yang mengandung muatan pornografi, maka mulai bermunculan berbagai macam software anti situs porno. Walaupun belum diperoleh kabar yang jelas, namun Pemerintah sendiri diberitakan akan membagikan software khusus untuk memblokir beserta dengan sistem kerjanya.

Yang menarik adalah, jauh-jauh hari sebelum pemerintah meluncurkan software anti situs porno, salah satu mahasiswa MIPA UGM, Ahlul Farezi telah membuat membuat software untuk memblokir situs porno dengan nama ‘Site Blocker’. Pria kelahiran Payakumbuh, 8 Juni 1985 ini bahkan juga sudah berhasil mengembangkan softaware menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya yang hanya mampu memblokir domain situs.

“Jika sebelumnya software temuan saya hanya bisa memblokir situs porno melalui pemblokiran domain-domain situs porno, saat ini software ini sudah say kembangkan mampu memblokir situs porno melalui pemblokiran kata kunci,” jelas Ahlul, Kamis (27/3) di Kampus UGM. Lebih lanjut Ahlul menambahkan, sistem pemblokiran situs porno buatannya ada dua macam fungsinya, melalui sistem blok domain dan sistem blok filter kata.
“Kalau sistem blok filter kata, maka akan lebih banyak domain situs porno yang akan terblokir, ketika ada kata yang berbau pornografi yang diklik dalam proses pencarian, maka tidak bisa diakses dan terkoneksi,” terangnya.

Masih menurut Ahlul, software buatannya ini sudah dibuat dalam bentuk instalasi, sehingga mudah untuk diinstall pada setiap komputer. Interface sudah dibuat dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami. Sangat minimalis, panel-panel pun dibuat sedemikian rupa sehingga tidak sulit dalam penggunaan.

“Dengan menggunakan Site Blocker maka pihak warnet lebih mudah untuk melakukan pengawasan terhadap pengunjung warnetnya selama berselancar di Internet. Hanya dengan satu kali klik kata saja maka secara otomatis Site Blocker akan melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang tersimpan pada database,” kata penerima Anugerah Youth National Science and Technology Award dari Menpora pada 13 Desember 2006 untuk karyanya Software Site Blocker; software untuk memblokir situs porno.

Sementara itu dalam kesempatan yang berbeda, praktisi IT UGM Dr. Ir. Lukito Edi Nugroho menyambut baik upaya pemerintah untuk memblokir akses situs porno yang masuk ke Indonesia melalui Internet. Namun dirinya masih mempertanyakan seberapa besar efektiftas kebijakan tersebut dalam upaya mencegah maraknya pornografi di lingkungan generasi muda.

“Saya tidak yakin secara seratus persen upaya ini akan berhasil, karena masih ada celah-celah yang nantinya akan dimanfaatkan oleh pengguna internet itu sendiri untuk mencoba melanggar aturan tersebut,” katanya.
Lukito menjelaskan jika situs-situs porno pada umumnya sering mengupdate dan mengubah nama domain situsnya, maka piranti lunak yang akan diluncurkan hendaknya mampu diupdate. Selain itu, program ini akan berhasil jika didukung oleh itikad baik dari pemilik warnet dan pengguna Internet. (Humas UGM/Gusti Grehenson/.dna)

Sumber : www.ugm.ac.id

Air Tidak Dapat Diubah Jadi Hidrokarbon

Menanggapi polemik ‘Blue Energi’ yang sempat simpang siur di masyarakat, pada hari Jumat yang lalu di Ruang Rektorat UGM, Tim Peneliti UGM mengumumkan hasil kajian ilmiahnya bahwa air tidak mungkin diubah menjadi hidrokarbon.

Mengubah air menjadi bensin, minyak solar, minyak tanah dan avtur adalah sesuatu yang tidak mungkin. Sebab, air terdiri atas komponen hidrogen dan oksigen; dan untuk mengubahnya menjadi hidrokarbon yang non polar adalah sesuatu yang mustahil dimana sifat air yang polar sangat berlainan sifatnya dengan hidrokarbon yang non-polar.

Tim peneliti yang beranggotakan Dr Tumiran, Drs Sudiartono MSc, Dr Wega Trisunaryanti dan Dr Jayan Sentanuhady didampingi Ketua Senat Akademik UGM Prof Dr dr Sutaryo dan Kepala Bidang Humas dan Keprotokolan UGM Drs Suryo Baskoro MS dihadapan beberapa wartawan membahas Blue Energy berdasarkan konsep tinjauan ilmiah.

Lebih lanjut menurut Tim Peneliti UGM, energi berbasis air bukanlah sesuatu hal yang baru sehingga kurang pada tempatnya jika penemuan teknologi berbasis air ini diklaim beberapa pihak sebagai inovasi atau temuan baru.

“Secara hukum logis energi, konsep ini (Blue Energy) jelas sangat tidak rasional, karena air yang mengandung hidrogen memiliki sensivitas yang tinggi dimana harus diubah menjadi hidrokarbon yang memiliki sensivitas rendah,” kata peneliti Hidrogen dari Fakultas MIPA UGM Dr Wega Trisunaryanti.

Menurut Wega, pada prinsipnya air memang dapat diubah menjadi hidrogen dengan teknik elektrolisis, dan gas hidrogen digunakan sebagai bahan bakar. Sementara, proses elektrolisis dari air menjadi gas hidrogen membutuhkan energi yang sangat besar.

Hal ini dibenarkan oleh Dr Jayan Sentanuhady, menurutnya, teknologi seperti ini perlu puluhan tahun untuk ditemukan. Padahal, sebelumnya, sudah ada orang pertama yang membuat dokumentasi tentang elektrolisis ini, dr William Rhodes disekitar tahun 1960. Namun hanya Prof Yull Brown sebagai orang yang secara serius mempopulerkan metode elektrolisis ini.

Kendati begitu, kata Jayan, di dunia scientist sendiri sudah banyak pakar meragukan efisiensi proses ini karena dipandang sebagai sesuatu hal yang memboroskan. “Artinya proses elektrolisis yang umumnya menggunakan electric pulse ini masih terlalu mahal dibandingkan dengan energi yang didapatkan, akibat biaya produksi dengan energi value yang dihasilkan belum seimbang secara ekonomis,” ujar peneliti Laboratorium Konversi Energi UGM ini.

Menurut Sutaryo, pernyataan proses Blue Energy seperti yang selama ini dilansir di media telah menyalahi hukum kekekalan energi. Sehingga, tim dari UGM merasa perlu memberikan penjelasan kepada publik, agar masyarakat mendapatkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

“UGM menghimbau kepada pihak-pihak untuk tidak lagi memberikan informasi yang menyesatkan tentang energi terbarukan kepada masyarakat,” kata Suryo Baskoro menimpali. Lebih jauh dikatakan Suryo, UGM juga menghimbau kepada para pengusaha dan pemerintah daerah, agar melakukan cross check bila ada klaim tentang ditemukannya sumber energi. Selain itu, kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk tidak ragu-ragu melakukan pengujian guna menghindari kerugian material. (Humas UGM/Gusti Grehenson/.dna)

Sultan at UGM Campus

Sultan supporters gather at UGM campus

Tue, 02/03/2009 3:40 PM | The Archipelago

YOGYAKARTA: Thousands of people from across Java gathered in Yogyakarta on Monday to show support for presidential candidate Yogyakarta Governor Sultan Hamengkubuwono X. Hamengkubuwono's supporters, grouped under Merti Nusantara, gathered at the Gadjah Mada University campus. Addressing the gathering, Hamengkubuwono said he was an alternative candidate.

"If you are all happy with the current situation, you can choose the incumbent. But if you all want change, please choose an alternative candidate," he said.

After the speech, the supporters traveled in a convoy of 50 buses to visit the graves of the Mataram kings in Imogiri. The Mataram kingdom predates the Yogyakarta and Surakarta kingdoms. "I'm praying for the Sultan that he will be elected president," said Bambang Sulistyo, who traveled to Yogyakarta from Banten. - JP